ayah, until we meet again

Makkah, 11 Maret 2023

Hari hari saat itu begitu indah, berada di tempat yang dirindukan seluruh ummat muslim di dunia. 'Merasa' dekat dengan Nya.

Aku kembali, siapa yang sangka. Allah panggil di waktu yang terbaik, dengan kondisi terbaikku, saat itu. Ya saat itu.

Sepuluh hari yang lalu aku pamit pada ayahku, memberanikan diri meninggalkan dalam kondisinya yang sedang tidak sehat, aku pergi untuk dia, pun kembali untuk dia.


Aku punya sekumpulan doa yang sejak beberapa tahun kebelakang aku kumpulkan, untuk aku panjatkan langsung di Baitullah, sedikit demi sedikit. Namun, kepergianku kali ini membawa 'misi' yang lebih aku harapkan Allah ijabah. Tentang ayah...

Aku pamit, dia 'mungkin' mengikhlaskan.

Sebersit pikiran membayang jikalau hari ini adalah hari terakhir bertemu dengannya, apa aku kuat? Aku pasrah saja, ku titipkan pada yang Maha Pencipta. Tenang.

Saat ini baru tersadar, setiap hal yang ku lalui disana, mengingatkanku tentang ayah, setiap doa doa ku semua tentangnya,  saat itu aku masih meminta kesempatan membersamai ayah kembali ke tempat ini.

Namun anehnya, dia yang selama ini ada dalam bayangan, dia yang selalu dirindukan dan didoakan.  Entah mengapa Allah tidak pernah menakdirkanku berbicara sekalipun dengannya. Hanya bertatapan, tanpa kata.

Tidak ada kekhawatiran apa apa karena sudah di rumah Allah, pasrah. Aku hanya menikmati hari hari ku bersamaNya.

Pun sebentar lagi pulang, melepas kerinduan.


Makassar, 13 Maret 2023

Tidak ada sambutan hangat dari nya. Bukan dia. Dia yang selalu siap dengan sejumlah pertanyaan jika aku datang padanya. Masih mencoba make my mind think positively. He gonna be okay after sometimes. Pikirku.

Aku mengabaikannya, lelah. Egoisku.

He gonna be okay after sometimes.

Tapi ternyata tidak, dia sedang tidak baik baik saja.

Dia berjuang dengan sakitnya sampai aku pulang. Sampai aku masih bisa bertemu dengannya.

Dan Allah itu Maha Baik.

Hari itu, aku menoreh memori terakhir dengannya. Dia terlihat lelah, sangat lelah. Tidak ada sekalipun terbayang jika akan kehilangan. Terlintas saja tidak. Bukannya tidak, tapi enggan, enggan melintaskan kehilangan dalam pikiran. He gonna be ok after sometimes.

Aku sempat bertanya, apa ayah memikirkanku selama aku pergi? dan Ayah jawab dengan tangisan. Seolah mengisyaratkan kerinduan. Aku mencoba menahan tangis di hadapan ayah. Mencoba mengabaikan. And keep in my mind, he gonna be okay after sometimes. 

Ku berikan air zam zam yang telah ku doakan di Raodah, Multazam, dan tempat tempat mustajab lainnya, khusus untuk ayah, ku suguhkan oleh oleh sekiranya ayah suka. Ku basuh badan ayah, ku pastikan ayah makan, ku pastikan obat ayah lengkap. Seperti biasa.

Aku tidak pernah tau, itulah saat saat terakhir berdua dengan ayah. Allah masih memberikan kesempatan padaku sehari, sebelum akhirnya Ia ambil kembali miliknya.

Allah Baik yaa.

Dan, pada akhirnya aku rindu rutinitas itu sekarang. Aku rindu ayah...


Makassar, 14 Maret 2023

Di tempat ini tujuh bulan yang lalu kami memulai memori memori terakhir. Terlalu banyak kenangan di setiap sudut  rumah sakit ini. Dan pada akhirnya pun ayah pergi, di tempat ini.

Akhirnya aku merasakan juga menulis nama ayah lengkap, sampai tanggal lahir dan tanggal wafat :(

Aku belum terbiasa.

Biasanya, data diri ayah ku tulis hanya untuk keperluan daftar rumah sakit, untuk rekan sejawat ayah, bukan pelayat.

Hari itu gerimis menemani. Seolah bumi bersedih melepas kepergian ayah. Dan disambut langit dengan indah.

Lagi dan lagi, aku merasakan kebaikan Allah kepadaku, si pendosa ini. 

Aku, Allah persiapkan diriku, mempermudah langkah, gerakan, dan takbirku untuk bisa menshalati jenazah jenazah di tanah haram, Allah menakdirkan dengan sangat indah, Allah membekali diriku dengan sebaik-baiknya bekal. Dan, pada akhirnya akupun kembali menshalati jenazah ayah di tanah air.

Allah menjawab doaku dengan cara yang lain, ini yang terbaik untuk ayah.

Ayah, mungkin waktu itu engkau mencoba mengikhlaskan ku pergi. Sekarang giliranku, mencoba sekuat tenaga, jiwa dan raga mengikhlaskan mu pergi.

Namun ayah, ternyata masih terlalu sakit, hingga kini.

Aku harus apa....

Kehilanganmu menjadi titik perubahanku, aku tidak lagi tau bagaimana caranya melangkah.

Bagaimana aku bisa berlari jika terlalu berat.

Aku pun mencoba merangkak, perlahan. Demi ayah...

Sampai nanti, aku bisa berlari kembali, disaksikan ayah.

Masih belum ku perlihatkan foto foto ku yang ku abadikan saat di rumah Nya. Masih belum ku ceritakan apa apa. Kisahku berdoa di hadapan Tuhan ku, tentang ayah...

Ku simpan, sampai akhirnya nanti kita bertemu lagi. Dengan izin Nya...

Aku masih berharap mendorong ayah Tawaf, menemani ayah Sa'i, masih ku bayangkan tangan mu selalu menggenggam tangan ku. Berjalan beriringan disaksikan malaikat.

Ayah, menulis ini dada terasa sesak, sakit.

Jujur, ayah yang pergi, tapi aku yang kehilangan arah, aku juga tidak baik baik saja ayah...

Hari hari ku paksakan berlalu, Ramadhan Idul Fitri pun sudah tidak seperti dulu.  

Seolah semua hampa dan seakan palsu serta sementara. Senyumanku, tawaku, keikhlasanku. Semuanya.

Amalan apa yang ayah lakukan, seolah ayah selalu hadir disetiap langkah kaki, mengikuti arah pikiran dan bayangan. 

Ayah, kepergianmu melekat di sanubari..


40 Hari berlalu sampai akhirnya ayah hadir di mimpi.

Terima kasih, meskipun hanya pamit pergi :(

Tangan mu di pipi terasa nyata, bukan seperti mimpi. Dan, entah kapan akan kurasakan kembali.




Ayah, you are amazing dad in this world.

I don't have any bad memories about you. 

You such a wonderful human being.

I had a dream but its nothing without you.

Thank you for being my dad. 

I'll definitely tell my future kids how kind their grandfather is. 

They'll be so proud of you. 

They'll love you the way you love us.

You'll be alive in our heart, forever...

Ayah, I let you go..

Until we meet again💓


With love,


your proud daughter


Comments

Popular Posts